Redaksi

Pemimpin Umum: Mahsin * Wkl Pemimpin Umum: Maruli Agus Salim * Pemred/Penjab: As Atmadi * Redpel: Edy Priono * Pemimpin Perusahaan: Kaya Hasibuan

Kamis, 21 Oktober 2010

Tuntaskan Kasus Korupsi Sumut

* Demo Setahun Pemerintahan SBY
Laporan M Asril
Wartawan Harian Orbit

ELEMEN rakyat Sumatera Utara (Sumut) tidak mau ketinggalan untuk berdemo (foto) menyambut satu tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diramaikan di Jakarta.
Sejak sehari sebelumnya, elemen masyarakat Sumut sudah melakukan unjuk rasa di depan gedung DPRD Sumut, mengkritisi kebijakan pemerintahan SBY yang dituding tidak berpihak pada rakyat kecil.
Tingkat kepuasan atas hasil kinerja setahun Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, menurut pengunjuk rasa, menunjukkan rakyat tidak pernah merasakan kesejahteraan selama setahun ini.




<!-- baca selengkapanya -->

Selama setahun pemerintahan SBY- Boediono, tidak menyentuh penderitaan rakyat. Bahkan kesengsaraan rakyat semakin nyata dan menyakitkan. Selain itu berkembang isu-isu yang berkaitan dengan penegakan hukum, keadilan, dan pemberantasan korupsi menjadi tema demonstrasi Rabu (20/10) di Medan.
Unjuk rasa yang dilaksanakan oleh ratusan massa Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) di depan gedung DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol Medan, kelihatan terus merinci berbagai kekurangan dalam setahun pemerintahan SBY.
Terkait rencana pemerintah untuk merevisi Undang-undang (UU) nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, diamana pemerintah berncana menghapus  pengadaan uang  pesangon bagi buruh. Hal itu jelas tidak memihak kepada kepentingan rakyat.
Penuntasan kasus hukum tidak jelas, mulai dari kasus makelaer kasus (markus) Gayus Tambunan, kasus Bank Century yang tenggelam dan semakin berkembangnya neoliberalisme (Neolib).
Dalam pemerintahan SBY-Boediono lebih mengutamakan kepentingan asing. Selain itu lebih mengarah kepada pencitraan selama setahun ini ketimbang KIB II memikirkan kesejahteraan rakyat yang dijanjikan.
“ Untuk menciptakan iklim kondusif, memperbanyak UU yang akan dipakai untuk kelancaran investasi bagi para pemilik modal. Pemerintah mengajukan RUU Penyiaran pers, RUU Intelejen Negara dan RUU rahasisa negara. Kesemua aturan itu hanya akan menyempitkan peran demokratis,” jelas pimpinan ARM, Laila saat menggelar aksi, kemarin.

Provokator
Kepada wartawan, Laila menyebutkan, pembatasan ruang gerak kebebasan berorganisasi akan semakin nyata saat akan ditetapkannya RUU tersebut.  Belum lagi, katanya, pemberlakukan prosedur tetap (protap) tembak di tempat kepada pelaku anarkis adalah bentuk mekanisme yang telah diatur untuk menghabisi rakyat.
“Padahal tindakan anarkis timbul akibat ketidakadilan yang ada di negeri ini. Selain itu banyak hal yang membuktikan mulai menunjukkan karakter militeristik,” tegas Laila disetujui para demonstran.
Aksi ARM berujung keributanselepas  massa melakukan aksi teatrikal dan ingin memajang foto SBY-Boediono.  Salah seorang personel polisi berpakaian sivil secara tiba-tiba muncul dari balik kerumnan massa langsung merebut foto SBY-Boediono tersebut.
Upaya personel polisi itu menjadi ajang rebutan sehigga foto SBY-Boediono tadi menjadi terkoyak dan memancingkericuhan. Beberapa demonstran terkena pukulan dan cakaran tangan personel tersebut saat berupaya merampas foto SBY-Boediono.
Upaya provokasi itu tentu saja memancing emosi beberapa  demonstran. Mereka marah dan berusaha mengejar personel yang berbaju putih dan memakai topi hitam. “Polisi telah menjadi provokator,” begitu teriak demonstran.
Sedangkan sebelumnya, massa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sumut, melakukan aksi itu pertama kali sekitar pukul 11.30 Wib. Kedatangan mereka ke gedung dewan disambut ratusan personel polisi yang telah bersiap siaga sejak pagi.

Kami Malu
Selanjutnya KAMMI Sumut yang diketuai Juanda Sukma itu menyampaikan aksi dengan tertib dan damai. Menurut Juanda, beberapa kasus di tanahair tak memiliki arah penyelesaian dalam setahun pemerintahan KIB II.

Kasus Bank Century , kata Juanda, hingga dugaan kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga belum menemui titk terang. Bahkan upaya untuk memberantas korupsi terkesan hanya merupakan pemanis bibir semata  (lips Service).
“Kami memberikan rapor merah kepada SBY-Boediono,” tegas Juanda.
Aksi di depan gedung dewan itu akhirnya mendapat tanggapan dari anggota dewan. Salah seorang pimpinan DPRD SU dari Fraksi PKS Sigit Pramono Asri dan Meylizar Latif dari Fraksi Demokrat berkenan mendatangi mereka.
Sigit mengatakan semua aspirasi dan tuntutan dari masyarakat dan mahasiswa akan secara bulat disampaikan dan diserahkan kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Presiden SBY.
Untuk itu dia mengharapkan aksi-aksi yang digelar dalam suasana demokratis, harus tetap menjaga nilai-nilai demokratis agar tidak terpancing untuk melakukan aksi anarkis.
Sedangkan massa yang tergabung dalam Gerakan Bersama tangkap Koruptor (Gertak) juga menggelar aksi serupa di gedung DPRD Sumut. Dalam aksinya merka menuntut penuntasan kasus korupsi yang ada di wilayah Sumut.
Kordinator lapangan ferdiansyah mengatakan data yang menyebutkan bahwa Provinsi Sumut merupakan wilayah terkorup di Indonesia sangat memalukan.
Untuk itu mereka mengharapkan kepada KPK untuk segera menuntaskan kasus korupsi yang ada di Sumut. “Kami malu terhadap status Sumut sebagai wilayah terkorup di Indonesia,” ujarnya.

Luka Tembak
Sementara Aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka Jakarta, kemarin berlangsung sekira pukul 16.00 WIB memanas. Polisi sampai menembakkan hingga sepuluh kali tembakan peringatan karena massa mencoba menerobos pengamanan.
Insiden ini diawali saat kerumunan massa yang membawa bendera Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mencoba menarik kawat berduri. Tindakan tersebut disambut tembakan water cannon untuk menghalau massa. Sebaliknya, massa membalas tembakan water cannon dengan lemparan batu.
Begitu tembakan peringatan dikeluarkan, massa pun mundur ke arah Monas. Tampak petugas keamanan menangkap beberapa orang dan menarik menjauh dari Istana Negara. Aksi tersebut berlangsung hanya beberapa menit saja berkumpul di depan Istana Negara.
Polisi juga melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan aksi mahasiswa Universitas Bung Karno di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Aksi mendesak mundurnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini berakhir ricuh mengakibatkan satu mahasiswa mengalami luka tembak di bagian kaki dan dua mahasiswa ditangkap polisi. Om-12

Tidak ada komentar: