Tangga bendungan Siguragura |
Sebagai pengaman semestinya menjaga dan tidak memicu terjadinya kericuhan. Tidak terpancing dengan pernyataan massa, sehingga melakukan aksi agresif mengejar dan memukul serta menyeret massa.
<!-- baca selengkapnya -->
Aksi demo tergabung dalam PMII itu berlangsung, Rabu (13/10), di pelataran Kantor Gubernur Sumatera Utara. Mereka mendesak untuk tidak memperpanjang kontrak perusahaan itu dengan Jepang. Massa meminta Pemrovsu dan 10 pemerintahan kabupaten kota di Sumut mengelola PT Inalum.
Ironisnya, aksi mahasiswa yang mendesak penyelamatan aset Provsu itu harus menghadapi tindakan kurang manusiawi oknum Samapta Polresta Medan. Lima orang dari mereka diuber, ditendang dan digimbal oknum petugas keamanan negara itu.
Pantauan Harian Orbit di lokasi, aksi dikoordinatori Kurnia Andi itu selain membacakan tuntutan juga memang terlihat menerobos garis polisi dari portal kawat.
Massa terlihat menggotong portal lalu menyingkirkannya. Namun sedikitnya 40 personel Samapta turun menghadang dan menahan portal agar tetap dalam posisi batas massa.
Selanjutnya, usai aksi dorong massa menggelar aksi teaterikal dengan menyembelih ayam. Kurnia Hadi dalam orasinya menegaskan kalau penyembelihan tersebut sebagai bentuk syukuran diambilalihnya PT Inalum oleh Indonesia dan sebagai bentuk matinya, monopoli Pemilik Modal Asing (PMA).
Masih dalam aksi teaterikal penyembelihan itu, Kurnia juga dalam orasinya menyentil, sebagai bentuk matinya aparat pemerintahan yang selama ini disinyalir mendapatkan keuntungan dari PT Inalum.
Digimbal
Setelah mahasiswa melakukan aksi teaterikal tesebut, Kurnia, menegaskan untuk membubarkan diri dan meninggalkan pelataran kantor Gubsu karena tidak satupun pejabat di Pemprovsu menyambut mereka.
Ketika massa melakukan aksi membelakangi kantor Gubsu sebagai bentuk pembubaran aksi, tiba-tiba salah seorang personel Samapta menarik satu peserta aksi dari barisan mahasiswa, menyeret, memukuli serta menendangnya.
Diketahui mahasiswa yang pertama ditarik dari kumpulan massa adalah Rico, disusul Hasan, kemudian Khairul Anwar serta Zulpan. Menurut saksi mata, Zulpan diseret sekira lima orang personel dan di bagian badan dan muka mendapat tendangan.
Massapun melakukan perlawanan, namun terkesan tidak seimbang, massa pun berhamburan dan lari keluar pelataran. Namun terlihat puluhan personel Samapta Polri terus mengejar massa yang membubarkan diri sampai ke luar pelataran Gubsu.
Ketika personel Samapta terlihat mengejar massa, salah satu dari mereka terdengar melarang agar satuan Samapta tidak mengejar dan mundur, ‘Samapta Mundur,’ ungkap salah satu personel saat puluhan personil samapta mengejar massa.
Tetapi tetap saja, di luar pelataran Gubsu puluhan Samapta terus mengejar Kurnia Hadi sehingga terpojok dan terjebak pada parit kawasan kantor Gubsu itu.
Salah seorang personel Samapta yang mengejar diketahui pada baju dinasnya tertuliskan EL Butar-Butar mengatakan, ‘kau tadi yang bilang-bilang anjing,” sembari menunjuk Kurnia dari seberang parit.
Serahkan Kepada Rakyat
Sebelumnya, saat orasi pernyataan sikap mahasiswa yakni, mendesak Pemprovsu bersama 10 kabupaten kota untuk melaksankan renegoisasi PMA bersama pemerintah pusat, mengangkat penanaman saham pengelolaan di PT Inalum secara transparan dan akuntabel sehingga diharapkan dapat menambah PAD sektor industri.
Kemudian mendesak Pemprovsu mempertimbangkan pengelolaan Sumber Daya Alam daerah Sumut semata-mata untuk kesejaheraan masyarakat Sumut. pengelolaan PT Inalum harus melibatkan perusahaan-perusahaan lokal yang terkait kepentingan pada industri hulu maupun hilir PT Inalum.
Sehinga dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan dapat mengurangi angka pengangguran di Sumut. Selanjutnya meminta PT Inalum diserahkan kepada masyarakat Sumut, mendesak pemerintah pusat, Kemenekuin, Kemeneg BUMN dan ESDM agar menyerahkan negosiasi kontrak PT Inalum dan perusahaan-perusahaan PMA di Sumut kepada Pemprovsu.
Terakhir meminta, Stop monopoli saham PT Inalum dengan cara renegosiasi perusahaan tersebut harus mengedepankan tanggungjawab sosial kepada masyarakat menyangkut pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja yang sebelumnya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat diakibatkan monopoli saham itu.
Kurang Pembinaan
Di tempat terpisah, menanggapi persoalan itu, ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Gunawan Abdi mengatakan, sikap personel lebih kepada tendensius pribadi dan tidak mengedepankan tugas. “Mencerminkan kurangnya pembinaan terhadap personel samapta,” ungkapnya.
Samapta, kata Gunawan, sebagai pengaman semestinya menjaga dan tidak memicu terjadinya kericuhan. Tidak semestinya terpancing dengan pernyataan-pernyataan massa, sehingga melakukan aksi agresif mengejar dan memukul serta menyeret massa.
Selayaknya Samapta sebagai bagian dari Polri yang menegakkan hukum lebih bersikap arif serta menghargai hukum, tidak asal main kejar, pukul dan seret saja. Karena hal itu dapat menimbulkan hukum rimba dan berimbas kepada tidak tegaknya hukum. Om-20Medan-ORBIT: Demo mahasiswa terkait Inalum di kantor Gubsu berakhir ricuh, di mana anggota polisi mengimbali (memukuli) demonstran.
Sedikitnya lima dari ratusan demonstran menjadi korban pemukulan. Mereka diuber dan digimbal oknum anggota Samapta Polresta Medan di penghujung aksi.
Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumut A Jabidi Ritonga kepada Harian Orbit menyebutkan pihaknya berencana mengadukan tindakan anggota polisi yang bertindak kasar itu ke Propam Poldasu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar