Redaksi

Pemimpin Umum: Mahsin * Wkl Pemimpin Umum: Maruli Agus Salim * Pemred/Penjab: As Atmadi * Redpel: Edy Priono * Pemimpin Perusahaan: Kaya Hasibuan

Jumat, 22 Oktober 2010

Cabut Izin Bank di Asrama Haji Medan

* Calhaj Jadi Korban Tukar Real
Kalau bank Ahmed masih mencari keuntungan seperti ‘lintah darat’, menukar real lakukan saja di Jeddah atau Madinah.
 
Medan-ORBIT: Bank di asrama haji Medan (Ahmed) sebagaimana yang disebutkan anggota Komisi VIII, H Asrul Azwar mirip ‘lintah darat’ terkait nilai tukar real menimbulkan reaksi berbagai elemen masyarakat daerah ini.
Informasi yang dihimpun Harian Orbit Kamis (21/10), meminta agar bank yang berada di ahmed dicabut izinnya. Hal itu diungkapkan praktisi hukum di Medan, Mahmud Irsad SH.
Pasalnya bank di asrama haji  menjual rial dengan harga yang lebih mahal ketimbang di luar Ahmed sebagaimana yang ditemukan anggota Komisi VIII DPR-RI, di mana selisihnya sampai Rp450.-
<!-- baca selengkapnya -->


“Ini tak betul namanya, masak bank di Ahmed lebih mahal dari di luar,” ucap Mahmud Irsad. Dia menyebutkan pula, panitia haji di Ahmed kecolongan terkait masalah penukaran uang itu. Seharusnya lanjut Mahmud, pihak panitia melakukan kontroling kepada bank-bank yang ada di ahmed.
“Saya kurang yakin kalau pihak panitia haji tak tahu berapa sebenaranya nilai tukar real di bank Ahmed,” jelas Mahmud. Bagaimanapun juga harga jual real yang tinggi dengan selisih Rp450 jika dibanding di luar ahmed itu tidak terlepas dari pengawasan panitia haji yang ada di daerah ini.

Untuk itu, tegas Mahmud, calon haji  yang merasa dirugikan akibat penukaran uang rial tersebut dapat melakukan gugatan. “Tak perlu takut, gugatan itu pasti kami tanggapi dan diteruskan jika memang ada yang melaporkannya,” tegas Mahmud.

 Di Madinah Rp2.400/RealTidak urung, Mahmud  merasa iba  terhadap jamaah haji  yang tidak paham paham soal tukar real, sehingga telah menjadi korban. Terutama jamaah calon haji yang datang dari kampung-kampung dan pelosok di daerah ini.
Seharusnya semua yang terkait termasuk pihak bank dalam penukaran riel dapat membantu jamaah haji. “Ini kan ibadah, masak kita mencari untung sebesar-besarnya dengan memanfaatkan ketidakpahaman jamaah. Ini harus jadi perhatian serius yang berwenang,” ujar Mahmud.
Hal senada diutarakan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  dari Ed-News Drs Hakimuddin Lubis M.MPd, harus ada tindakan tegas dari panitia haji. “Ini sungguh keterlaluan. jamaah kok ‘diperas’ saat penukaran real di bank ahmed,” kata Hakimuddin.
Menurutnya, tindakan bank di Ahmed sudah kelewatan terdhadap nilai tukar real Rp3.000,- sementara di luar ahmed hanya Rp2.550.  Selain itu, berdasarkan informasi yang dikumpulkan Harian ORBIT, mahalnya nilai tukar real di bank ahmed itu tak hanya terjadi pada tahun ini saja.
Empat tahun lalu, sebagaimana dituturkan Syahmenan Panjaitan SH (naik haji tahun 2006) hal serupa juga terjadi di bank ahmed. “Di bank ahmed saya tukar rial Rp2.700 per rialnya. Tapi saat saya tukar di Madinah hanya Rp2.400 per rialnya,” ungkap Syahmenan.
 
Minta Maaf
Saat itu dia mengaku hanya bisa pasrah saja, karena tidak ingin ingin ribut karena kondisinya sedang menjalankan ibadah. Seringnya pertimbangan yang muncul dikaitkan dengan kondisi ibadah, dimanfaatkan untuk mengaut keuntungan lebih besar.
Sesungguhnya, tambah Syahmenan, kejadian yang sudah sering terjadi ini tidak dilaporkan oleh jamaah calon haji.  Maka, membaca koran Harian ORBIT mengungkap  bank di ahmed seperti ‘lintah darat’,  dia  mengaku tidak terkejut.
Dengan kejadian mencari keuntungan yang hampir seperti ‘lintah darat’, Syahmenan menyarankan agar calon haji tak usah menukar rial di bank Ahmed. Sebab, menukar rupiah ke mata uang Arab, Real bisa dilakukan di Jeddah atau Madinah. “Insya Allah di sana lebih murah, kan lumayan buat beli oleh-oleh,” pesan Syahmenan.
Tidak urung, terungkapnya penukaran rial yang beroperasi di Ahmed yang cenderung mencekik leher itu, mengundang kecaman dari berbagai kalangan. Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Sumatera Utara secara tegas mengecam prilaku ‘lintah darat’ bank-bank tersebut dan mendesak pihak Tim Panitia Ibadah Haji (TPIH) mengkaji penghunjukan bank yang beroperasi di Ahmed.
“Perilaku bank-bank itu sudah sangat keterlaluan. Padahal mereka itu bank pemerintah, namun masih tega mengambil kesempatan mencari untung besar dari keihlasan para jamaah haji,” tegas ketua IPHI Sumut H Ahmad Husein SE. Sebagaimana diketahui bank pemerintah yang beroperasi di Ahmed, Bank BNI 46, BRI dan Bank Muamalat.
Tidak kurang, H Ahmad Husein mendesak pihak bank Ahmed  untuk meminta maaf kepada para jamaah yang telah mereka jadikan korban dan mengembalikan kelebihan uang  jamaah dengan prkatik nilai tukar terlalu mahal.
 
Tak Perlu Risau
Ketua TPIH Embarkasi Polonia Medan Drs H Syariful Mahya Bandar MAP, yang juga Kakanwil Kementerian Agama Sumut kepada Harian Orbit mengaku, pihaknya telah memberikan teguran keras kepada ketiga bank yang beroperasi di Ahmed.
“Kita sudah memanggil bank-bank tersebut dan sudah ada komitmen mereka untuk menurunkan harga riyal jadi Rp2.850,” sebut Mahya seraya menambahkan pada pemanggilan itu pihak bank juga menyatakan kesiapan untuk terus membantu jamaah haji yang ingin mendapatkan real.
Sedangkan berdasarkan nilai kurs rupiah terhadap real sesuai keputusan Menteri Keuangan RI no.975/KM.1/2010 berlaku 18 sampai 24 Oktober 2010 sebesar Rp2.380,- /real.
Menanggapi nilai tukar real yang begitu mahal, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara Prof Dr KH Abdullah Syah MA meminta pihak bank yang ada di Ahmed untuk transparan.
Artinya, pihak bank harus mengumumkan berapa nilai tukar real di banknya maupun di luar ahmed. Tujuannya, sudah jelas jamaah tidak dirugikan. “Ya, kami juga tahu bank di Ahmed itu juga mencari untung. Tapi setidaknya jangan memberatkan calon haji yang hendak melakukan tukar real,” kata Abdullah Syah.
Dengan mengumumkan secara transparan, permasalahannya menjadi jelas. Sebab, tukas Abdulah Syah, tidaklah semua calon haji itu berasal dari orang yang pintar, orang yang kaya dan terpandang. Tidak sedikit pula dari dari kalangan bawah yang hendak menjalankan ibadah.
Mereka selama puluhan tahun mengumpulkan uang untuk dapat berangkat pada musim haji. “Jadi, bantulah calon haji kita dan  jangan dipersulit. Insya Allah, kebaikan yang kita perbuat akan ada balasan di kemudian hari kelak, amin,” kata Abdullah Syah.

“Harapan saya, calon haji tak perlu risau untuk menukarkan realnya di bank ahmed. Di  Jeddah dan Madinah uang rupiah kita juga dapat ditukarkan di sana,” jelas Abdullah Syah.
 
Nilai Belinya Tinggi
Hasil pantauan Harian Orbit Kamis (21/10), memang pihak bank Ahmed sudah menurunkan nilai tukar yang sebelumnya Rp 3.000.- untuk satu realnya menjadi Rp 2.850.-
Nilai itu sebenarnya masih terbilang mahal juga, jika dibandingkan menukarkan rupiah dengan real di Jeddah atau di Madinah. Begitu juga jika ditukarkan di bank luar Ahmad, yang saat ini berdasarkan kurs Rp2.380.-
Sementara itu, Sekretaris Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan Drs H Abdul Rahman Harahap MA, tidak menepis kalau pengawasan terhadap penukaran uang di bank ahmed lemah.
“Ya, tak semua kami pantau itu. Yang jelas kami akan lakukan evaluasi atau pertimbangan terhadap bank-bank yang ada di ahmed,” kata Rahman yang ditemui saat mengantar jamaah haji kloter VIII di Bandara Polonia, kemarin.
Sehubungan dengan mahalnya nilai tukar real tersebut, lanjut Rahman, pihaknya telah melakukan rapat antara panitia haji dengan bank di Ahmed. Hasilnya, terhitung Kamis (21/10) nilai tukar per rialnya itu sudah normal menjadi Rp2.850.- “Ini sudah final, dan kalau ada yang menaikkan harga di atas nilai yang ditentukan tersebut akan ada sanksi tegas,” ucap Rahman. 
Sanksi yang dimaksud Rahman itu, bisa dengan peringatan sampai evaluasi ke depan tidak dapat izin di Ahmed. Mahalnya nilai tukar rial di Ahmed kata Rahman karena bank yang ada di Ahmed membelinya dari Jakarta-Saudia Arabia.
“Saya sudah tanya langsung ke petugas bank yang ada di Ahmed. Harga Rp3.000 per real itu karena nilai belinya juga sudah tinggi,” jelas Rahman.
Ditanya, kenapa harga di luar Ahmed lebih murah, menurut Rahman, bank di luar Ahmed kebanyakan membeli real dari masyarakat langsung. Om-Irt/Om-Ian-Om-11

Tidak ada komentar: