Ver, gadis belia yang telah merekrut gadis dibawah umur |
Pengakuan Nur dan Sus jadikan titik tolak untuk melakukan tindakan pembersihan terhadap tempat-tempat maksiat. Jika tidak, Medan bisa dicap tidak bermoral dengan bebasnya perbuatan zina. Masyarakat juga harus bertindak tegas.
Medan-ORBIT: Sungguh ‘kiamat sudah dekat’, begitu ungkapan masyarakat setiap menyaksikan peristiwa aneh tapi nyata menyangkut apa yang sebelumnya tidak terjadi, tetapi sekarang hadir di depan mata. Germo cilik, Ver, 17 tahun, sekaligus merangkap pekerja seks komersial (PSK) punya belasan anak buah, mampu menjual anak baru gede (ABG) terdiri dari pelajar SMP dan SMA di Surabaya. Sementara dirinya merupakan pelajar SMP. Setelah Polresta Surabaya mengungkap praktik jual beli ABG di kota nomor dua terbesar di Indonesia itu, menyentakkan banyak orang bahwa sudah begitu parahnya maksiat di Indonesia ini. Direnggut Hidung Belang Hasil invetigasi Harian Orbit hingga Minggu (10/10), hal serupa sudah berlaku di Medan sebagai kota nomor tiga terbesar di Indonesia. Germo terbilang ABG memasok anak usia di bawah umur dan ABG dilakukan Nur, warga Jalan Marelan, sebagaimana yang diungkapkannya. “Awalnya aku iri melihat teman satu kelasku di SMP Helvetia yang bisa punya banyak uang, handphone terbaru dan kereta (sepeda motor). Padahal mamaknya cuma tukang kredit keliling,” katanya. Mulanya Nur mendekati Sus (15) temannya sekelas di SMP bilangan Helvetia Medan. Selanjutnya mereka bersahabat rapat dan Sus mengutarkan kepada Nur bagaimana caranya agar mendapatkan semua kemewahan yang dimilikinya. “Dia pun bertanya, apakah kau mau seperti aku, hidup mewah punya uang dan banyak harta. Kalau mau, ya harus berkorbanlah. Awalnya aku tidak mengerti maksud dia, tetapi sesudah ikut dia beberapa kali ke tempat dia biasa mangkal barulah aku tahu,” ungkap Nur. Nur mengaku dibawa oleh teman sekelasnya di SMP ke diskotik di bilangan Thamrin Plaza. Lalu dikenalkan dengan om-om yang akhirnya Nur mengerti, kalau mau uang banyak dan hidup mewah harus merelakan ke perawanannya direnggut lelaki hidung belang.
<-- baca selengkapnya --> Menjerumuskan Korban Didorong keinginan yang kuat memiliki seperti yang dipunyai Sus, akhirnya Nur menceburkan diri ke dunia maksiat, merelakan dirinya dizinahi lelaki hidung belang. Nur pun menerima handphone baru dan uang Rp 5 juta. “Waktu mendapatkan laki-laki hidung belang sebentar saja. Dengan waktu satu jam saja Sus sudah mendapatkan laki-laki yang mau bayar lima juta rupiah untuk keperawananku,” tuturnya. Hari-hari berikutnya, Nur bersama Sus dikenal pelajar SMP yang mencari korban ABG untuk dijual kepada pria hidung belang, sekaligus mereka sendiri melakoni PSK. Mulanya dilakukan sambil sekolah, selanjutnya sekolah mereka tinggalkan. Sudah banyak gadis ABG sebayanya yang dijadikan korban, dijual seharga Rp5 juta sementara mereka mendapat fee Rp2 juta untuk seorang gadis perawan. Seterusnya, selama melakoni dunia PSK untuk ABG bisa dihargai Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta, tergantung pintar-pintar merayu dan menggoda lelaki. Hingga saat ini banyak cafĂ© dan lokasi yang mudah mendapatkan ABG di kota ini. Nur dan Sus, berprofesi sama dengan Ver, pelajar SMP di Surabaya, selain menjadi pelacur juga sebagai calo yang menjerumuskan korban sebayanya ke dunia hitam. Nur dan Sus tidak mengungjap latar belakang keluarganya dengan lugas, berbeda dengan Ver, setellah ditangkap polisi akhirnya mengungkapkan latar belakang hidupnya.
Bertindak Tegas Ver, germo cilik sekaligus PSK Semasa SD dan SMP sebelum dikeluarkan dari sekolahnya, termasuk peringkat 10 besar terbaik di kelasnya. Setelah ayah dan ibunya bertengkar hebat dan ayah meninggalkan rumah hingga runtuhlah rumah tangga, ibu kemudian meninggal pula. Hidupnya terlempar kian kemari, tinggal bersama tante yang membuat Ver tidak mampu berpikir untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Akhirnya meninggalkan Surabaya ke Jakarta. Di Jakarta keperawannya kandas dengan teman-teman anak jalanan tempatnya bergabung. Lalu kembali ke Surabaya, menjalani profesi PSK dan menjadi Germo. Sekarang Ver selain menjadi tersangka menjual ABG seusia SMP dan SMA dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Ver, wanita manis yang bertubuh kurus ini sedang hamil tanpa suami. Menurut aktivis Badan Investigasi Nasional (BIN) Pusat, Deny Abdul Kadir Zaelani Ssos, bukan cerita baru kalau Medan merupakan kota maksiat. Hampir di seluruh sudut kota Medan, tersedia kemudahan untuk dapat melakukan perzinahan. “Lihat sajalah, selain hotel-hotel kelas melati di jalan Jamin Ginting, jalan Binjai Medan, arah ke Tanjungmorawa dan Tembung ada saja tempat-tempat maksiat yang mudah dimasuki ABG dan pasangannya,” kata Denny. Selanjutnya Deny mengingatkan, agar pengakuan Nur dan Sus itu dijadikan titik tolak untuk melakukan tindakan pembersihan terhadap tempat-tempat maksiat yang dapat merusak generasi muda. “Jika tidak, Medan bisa dicap tidak bermoral dengan bebasnya perbuatan zina di mana-mana. Masyarakat juga harus bertindak tegas melaporkan kepada yang berwajib,” tegasnya. Om-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar