Redaksi

Pemimpin Umum: Mahsin * Wkl Pemimpin Umum: Maruli Agus Salim * Pemred/Penjab: As Atmadi * Redpel: Edy Priono * Pemimpin Perusahaan: Kaya Hasibuan

Senin, 15 November 2010

Walikota Medan Luncurkan Buku ‘Ini Medan Bung’

* Segelas Teh Tong Pelepas Dahaga

DECAK kagum muncul dari para undangan yang terdiri dari pejabat daerah ini, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat dan seniman saat meluncurkan buku ‘Ini Medan Bung’ di Medan Club Jalan Kartini Medan.

Buku ‘Ini Medan Bung’ idenya sangat sederhana, namun mengandung makna yang dalam tidak urung mengundang rasa kagum. 
<!-- baca selengkapnya -->


Buku ini diproses dan diterbitkan oleh Penerbit Seniman Medan, dipelopori oleh seniman dan wartawan anak Medan di perantauan Jakarta yang tetap cinta kota kelahirannya.

‘Ini Medan Bung’ berisi limapuluh karya sastra berupa puisi, cerita pendek dan esay bercerita tentang Medan. Menyangkut alam, sikap hidup masyarakatnya, fighting spirit dan lagak gaya anak Medan serta kecintaan teramat dalam terhadap kota yang ditinggalkan dengan alasan mengembangkan diri di ibukota.

Berkat kerjasama atas dasar cinta Medan tanah kelahiran, Nuim Mahmud Khaiyat, H Anif segera mengupayakan buku ‘Ini Medan Bung’  hingga terbit dan H Rahmat Shah meluncurkannya di Medan Club Sabtu 13 November 2010.

Selanjutnya buku ini, harap Rahmat Shah, merupakan tunas yang perlu dipelihara untuk terbit buku-buku lainnya menggambarkan eksitensi kota Medan. Buku ini, kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dr H Rahmat Shah, merupakan dialog kebatinan sastrawi yang sarat kreativitas.
Buku ‘Ini Medan Bung’, ungkap Rahmat Shah, bisa juga dianggap sebagai segelas teh tong sekadar pelepas dahaga. 

“Kota Medan tidak hanya dilihat dari aspek historisnya akan tetapi juga dinamika kemasyarakatan yang senantiasa menjadi tolak ukur dalam kancah perpolitikan dan pembangunan Indonesia,” katanya.

Tidak kurang, Walikota Medan Rahudman Harahap menyambut kehadiran buku ‘Ini Medan Bung’ yang berisi karya sastra seniman Medan maupun seniman dan wartawan anak Medan yang berada di Jakarta. Usai meluncurkan buku ‘Ini Medan Bung’ Walikota Medan menyerahkan buku kepada tokoh masyarakat Kota Medan, Akademisi, LSM dan Wakil Bupati Serdang Bedagai Soekirman.

Kendati Walikota Medan Rahudman Harahap mengaku dirinya belum membaca buku ‘Ini Medan Bung’, namuan kebersamaan dalam proses penerbitan sampai peluncuran buku merupakan keadaan yang harus terus dibina.

Terimakasih
Untuk menjawab perlunya tempat berkumpul dan kongkow-kongkow seniman dan tokoh masyarakat serta pejabat, Rahudman berjanji menyediakan salah satu ruangan milik Pemko Medan di Hotel Aston Medan. Kehadiran Rahudman di Medan Club bersama Wakil Walikota Dzulmi Eldin.

Rahudman kelihatan lebih happy berkumpul dengan para seniman Medan dan seniman Medan yang selama ini merantau di Jakarta serta para tokoh masyarakat lainnya.  “Kita akan terus berupaya menjaga Kota Medan yang sama-sama kita cintai ini,” ujarnya.

Sementara Izhary Agusjaya Moenzier mewakili seniman perantau menyebutkan, buku ‘Ini Medan Bung’ merupakan upaya bersama untuk memajukan Kota Medan.

“Terimakasih atas kerjasama yang telah terjalin harmonis selama ini antara seniman tokoh masyarakat dan anggota DPD RI hingga karya seniman Medan bisa diluncurkan,” kata Izhary anak Medan yang juga menulis buku Testemoni Susno Duaji dan biografi pengarang lagu ‘Bengawan Solo’, Gesang.

Izhary juga mengenalkan kepada hadirin rombongan seniman dan wartawan anak Medan yang merantau di Jakarta dan merupakan pelopor penerbitan buku ‘Ini Medan Bung’. Antaralain As Atmadi SP, Tandi Skober, Rizal Siregar, Taufik Zen, Ratni Dahlan.

Arif dan Bijaksana
Sementera penyiar senior dan Kepala Siaran Bahasa Indonesia di Radio Australia, Nuim Mahmud Khaiyat mengisi orasi tentang Kota Medan diberi judul ‘Tempat Jatuh Lagi Kukenang’. Selain menggambarkan bagaimana eksistensi Kota Medan, juga pembelaan anak Medan sampai ke luar negeri tentang Medan yang sering dikonotasikan negatif.

“Alhamdulillah, ketika seorang Chairil Anwar anak Medan merantau ke Jakarta ternyata mampu mempertahankan keaslian Medan sebagaimana tercermin dalam karya-karyanya. Chairil dengan gaya gegap gempitanya, khas Medan berkata: ’Sekali berarti, sudah itu mati!’. Bener-benar khas Medan, lugas,” kata Nuim Khaiyat anak Gang Bengkok yang berdomisili di Australia, ingin dikuburkan di Medan.

Salah seorang sastrawan sepuh Kota Medan, Ali Sukardi yang turut hadir dalam peluncuran buku ‘Ini Medan Bung’ mengungkapkan rasa bangganya terhadap seniman Medan yang tetap mencintai tanah kelahirannya.

“Memang untuk perkembangan lanjut Kota Medan ke depan, harus menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Medan termasuk para seniman,” Ujar Ali Sukardi yang masih tetap memiliki semangat di usia sepuh.

Seniman yang hadir antaralain, Damiri Mahmud, D Rivai Harahap, Prof Subanindio Hadiluwih, Chairil Siregar SH, Ayub Badrin dan penulis Ana Manalu. “Untuk memajukan karya seniman, memang harus bekerjasama dengan berbagai pihak dengan arif dan bijaksana,” kata D Rivai Harahap. Om-12

Tidak ada komentar: